Banjir memang menyisakan lumpur, sampah, dan kerusakan lingkungan. Namun, ancaman terbesar sering kali justru datang setelah air surut. Genangan air yang tertinggal di jalan, halaman rumah, selokan, hingga wadah tak terpakai dapat menjadi sumber berbagai penyakit berbahaya bagi masyarakat.
Setiap musim hujan, peningkatan kasus penyakit akibat genangan air banjir kerap dilaporkan di berbagai daerah di Indonesia. Kondisi lingkungan yang lembap, air tercemar, dan sanitasi yang terganggu menjadi kombinasi ideal bagi berkembangnya bakteri, virus, hingga nyamuk pembawa penyakit.
Berikut beberapa penyakit yang paling sering muncul akibat genangan air pasca banjir dan perlu diwaspadai bersama.
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Genangan air bersih yang tersisa setelah banjir merupakan tempat favorit nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Akibatnya, kasus DBD sering meningkat beberapa minggu setelah banjir.
Gejala umumnya meliputi demam tinggi mendadak, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, serta munculnya bintik merah pada kulit. Jika tidak ditangani dengan cepat, DBD dapat berakibat fatal.
Leptospirosis: Penyakit dari Air Tercemar Urin Tikus
Leptospirosis menjadi salah satu penyakit yang paling sering dikaitkan dengan banjir. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang terdapat dalam urin tikus dan hewan lainnya, lalu mencemari air banjir dan genangan.
Bakteri masuk ke tubuh melalui luka kecil di kulit atau selaput lendir. Gejalanya antara lain demam, nyeri otot, sakit kepala, mual, hingga mata dan kulit menguning. Tanpa pengobatan, leptospirosis dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.
Diare dan Penyakit Saluran Pencernaan
Air banjir biasanya tercemar limbah rumah tangga, tinja, dan sampah. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit saluran pencernaan seperti diare, disentri, hingga kolera.
Diare pascabanjir sering menyerang anak-anak dan lansia karena daya tahan tubuh yang lebih lemah. Dehidrasi berat menjadi komplikasi paling berbahaya jika tidak segera ditangani.
Malaria dan Penyakit Akibat Nyamuk Lainnya
Selain DBD, genangan air juga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles, pembawa malaria. Di beberapa wilayah endemis, banjir dapat mempercepat penyebaran penyakit ini.
Gejala malaria meliputi demam tinggi, menggigil, berkeringat, dan tubuh terasa sangat lemas. Tanpa pengobatan, malaria dapat menimbulkan komplikasi serius.
Penyakit Kulit dan Infeksi Jamur
Kontak langsung dan berulang dengan air kotor dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit, seperti gatal-gatal, dermatitis, infeksi jamur, hingga luka bernanah.
Kaki yang terus terendam air banjir juga berisiko mengalami trench foot atau infeksi akibat kelembapan berlebihan. Meski terlihat ringan, penyakit kulit dapat menjadi pintu masuk infeksi yang lebih serius.
Infeksi Saluran Pernapasan
Rumah yang lembap setelah banjir memicu pertumbuhan jamur dan bakteri di udara. Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan, terutama pada anak-anak, lansia, dan penderita asma.
Batuk berkepanjangan, sesak napas, dan demam sering muncul beberapa hari setelah banjir.
Tetanus Akibat Luka Tersembunyi
Banjir sering menyembunyikan benda tajam seperti paku, kaca, atau logam berkarat. Luka kecil yang terkena kotoran tanah dapat menjadi jalan masuk bakteri penyebab tetanus, terutama pada mereka yang belum mendapat imunisasi lengkap.
Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan
Agar terhindar dari penyakit akibat genangan air banjir, masyarakat disarankan untuk:
- Menghindari kontak langsung dengan air banjir sebisa mungkin.
- Menggunakan sepatu boots dan sarung tangan saat membersihkan sisa banjir.
- Menguras dan menutup semua tempat yang berpotensi menampung air.
- Memastikan air minum bersih dan makanan higienis.
- Segera membersihkan tubuh dengan sabun setelah beraktivitas di area banjir.
- Memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika muncul gejala penyakit.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar