rubianto.id

Tampilkan postingan dengan label COVID-19. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label COVID-19. Tampilkan semua postingan

12 Juni 2024

Istilah Medis Detoksifikasi Vaksin COVID-19

Narasi yang mengklaim adanya cara untuk mendetoksifikasi vaksin COVID-19 yang telah masuk ke dalam tubuh beredar di media sosial, baru-baru ini. Klaim ini muncul dalam sebuah unggahan video di media sosial menyusul kekhawatiran terhadap efek samping vaksin COVID-19.

Unggahan video tersebut menampilkan ulasan tentang efek samping vaksin COVID-19 dari berbagai merek. Isi video juga menyebutkan tentang keberadaan tim detoksifikasi vaksin dan imunisasi yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.

Menurut Ketua Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.Med.Ed., PhD. menegaskan, tidak ada istilah medis ‘detoksifikasi vaksin COVID-19’ atau detoksifikasi pada jenis vaksin lainnya.

Vaksin yang disuntikkan bertujuan membentuk kekebalan tubuh atau menghasilkan antibodi. Sementara itu, detoksifikasi mengacu pada upaya membersihkan, menetralkan, atau mengeluarkan zat racun atau toksin dari dalam tubuh.

Vaksin yang diberikan adalah antigen (mikroorganisme). Artinya, komponen virus yang diinaktivasi atau dilemahkan. Jadi, yang akan terbentuk adalah antibodi. Kalau detoksifikasi ini soal toksin/racun.

Klaim lain yang beredar menyebutkan bahwa mandi dengan soda kue, garam Epsom atau garam Inggris, dan boraks dapat mendetoksifikasi vaksin. Selain itu, cuci darah yang dilakukan berulang kali juga diklaim sebagai cara untuk mendetoksifikasi vaksin.

Menurut Prof. Hinky, soda kue untuk menetralisir asam, sedangkan (bahan pembersih) boraks dapat bersifat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker. Jadi, bukannya menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah kesehatan.

Sedangkan cuci darah itu menetralisir toksin-toksin, sedangkan vaksin disuntikkan akan membentuk antibodi, bukan toksin. Maka, cuci darah bukan buat mengeluarkan antibodi, melainkan mengeluarkan zat racun. Kalau sifatnya bukan racun, tidak akan keluar, karena bermanfaat bagi tubuh.

Ciptakan Kekebalan Tubuh

Vaksin bekerja dengan cara membangun sistem kekebalan tubuh secara khusus untuk melawan penyakit tertentu. Sistem imun di dalam tubuh memiliki peran penting untuk melindungi tubuh dari serangan virus atau bakteri.

Namun, sistem imun perlu mengenali terlebih dahulu jenis-jenis virus atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Ketika virus atau bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh pada kemudian hari, tubuh sudah siap untuk melawannya dan mencegah timbulnya penyakit.

Menurut Prof. Hinky, dengan terbentuknya antibodi, kalau ada virus masuk, benda asing masuk, bakteri masuk, dia akan menetralisir.

Prof. Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik. Menurutnya, klaim tersebut tidak benar.

Vaksin influenza merupakan salah satu jenis vaksin yang bermanfaat bagi anak, dapat mengurangi risiko komplikasi flu, seperti infeksi telinga, serta mencegah keparahan penyakit yang sudah ada.

Kuman penyebab infeksi telinga streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenzae, kalau (anak) divaksinasi, angkanya (risiko kejadian infeksi) berkurang. Jangan sekadar berasumsi atau mendengar tanpa ada basis data yang benar.

Cara Kerja Vaksin

Sebagaimana manfaat vaksin dari lainnya, Vaksin COVID-19 memberikan perlindungan terhadap tertular atau sakit parah akibat COVID-19. Cara kerjanya dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk membangun pertahanan khusus melalui pemberian vaksin.

Upaya optimal untuk terhindar dari COVID-19 adalah dengan melengkapi vaksinasi COVID-19 sesuai jadwal yang dianjurkan dan menerapkan perilaku sehat. Perilaku sehat tersebut meliputi penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, serta menjaga jarak aman.

Merujuk informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin mengurangi risiko tertular penyakit dengan memanfaatkan pertahanan alami tubuh untuk membangun perlindungan. Setelah seseorang menerima vaksin, sistem kekebalan akan merespons.

Cara sistem kekebalan tubuh merespons, yakni mengenali kuman penyerang seperti virus atau bakteri; memproduksi antibodi, yaitu protein yang diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit; dan mengingat penyakit dan cara melawannya.

Jika tubuh terpapar kuman di kemudian hari, sistem kekebalan tubuh dapat dengan cepat menghancurkan kuman tersebut sebelum Anda sakit. Oleh karena itu, vaksin merupakan cara yang aman dan efektif untuk memicu respons imun dalam tubuh tanpa menyebabkan penyakit.

Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk memiliki memori. Setelah menerima satu atau lebih dosis vaksin, tubuh biasanya tetap terlindungi dari penyakit selama bertahun-tahun, puluhan tahun, bahkan seumur hidup.

Inilah yang membuat vaksin sangat efektif. sebagai alat pencegahan penyakit. Vaksin mencegah seseorang agar tidak sakit, alih-alih mengobati penyakit setelah penyakit itu muncul.

Referensi : sehatnegeriku.kemkes.go.id

14 November 2022

Pemanfaatan dan Standar Prosedur Operasional Penatalaksanaan Vaksin COVID-19 Indovac


Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan No. SR.02.06/C/5398/2022 tanggal 11 November 2022 tentang Pemanfaatan dan Standar Operasional Penatalaksanaan Vaksin COVID-19 Indovac, berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui tentang vaksin COVID-19 Indovac :

  1. Vaksin Indovac adalah vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh PT. Biofarma (Persero) bekerjasama dengan Baylor College of Medicine (BCM). 
  2. Vaksin Indovac adalah vaksin COVID-19 platform protein subunit rekombinan. Antigen yang digunakan ialah protein rekombinan receptor binding domain (RBD) yang merupakan bagian dari virus SARSCoV-2 dan dihasilkan pada sel inang ragi (yeast) Pichia pastoris.
  3. Vaksin ini dapat diberikan pada usia 18 tahun ke atas.
  4. Kemasan 1 vial dengan @10 dosis (5 ml).
  5. Sebagai dosis primer diberikan secara intramuskular (pada otot) sebanyak dua dosis, masing-masing 0,5 ml dengan interval 28 hari.
  6. Sebagai dosis lanjutan (booster) untuk vaksin primer Sinovac diberikan satu dosis dengan dosis penuh (full dose) 0,5 ml.
  7. Sebelum dilakukan penyuntikan, dilakukan skrining kesehatan sesuai dengan format skrining yang sesuai.
  8. Penyimpanan di suhu 2-8°C, kering dan vaksin tidak boleh dibekukan.

15 Oktober 2022

Hubungan Gangguan Ginjal Akut Misterius Balita dengan Vaksinasi Covid-19


Akhir-akhir ini muncul pemberitaan meningkatnya gangguan ginjal akut misterius pada anak balita. Sebagai informasi per 14 Oktober 2022, jumlah kasus gangguan ginjal akut misterius sudah dialami 152 orang. Jumlah itu meningkat dari sebelumnya 146 kasus. Data ini didapat dari laporan 16 cabang IDAI.

Dari data tersebut, DKI Jakarta memiliki kasus AKI terbanyak yaitu 49 kasus, Jawa Barat 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kasus, Bali 15 kasus dan Yogyakarta sebanyak 11 kasus, lainya tersebar di beberapa propinsi lain.

Sebenarnya apa penyebab gangguan ginjal akut misterius tersebut pada balita?

Penyebab gangguan ginjal akut misterius atau gangguna ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) pada anak masih dicari. Sejauh ini, ada beberapa infeksi virus yang ditemukan pada pasien AKI. Salah satu yang ditemukan adalah adanya Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau long Covid-19.

MIS-C adalah komplikasi yang dapat muncul pada pasien Covid-19 anak, dimana terjadi peradangan di berbagai sistem organ termasuk ginjal. Namun, menurut Ketua Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), penyebab karena MIS-C perlu investigasi lebih lanjut. Hal ini karena belum ada virus spesifik yang ditemukan pada pasien AKI. Virus-virus lain yang ditemukan meliputi leptospirosis, influenzae, parainfluenzae, virus CMW, virus HSV, bocavirus, legionella, shigella, dan e.coli.

Sementara menurut Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati menyampaikan ada beberapa gejala yang ditemukan pada pasien yang mengarah pada MIS-C. Salah satunya terjadi peningkatan inflamasi. Oleh karena pasien pada kondisi tersebut ditangani di RS Dr. Cipto Mangunkusumo menggunakan tata laksana MIS-C. Akan tetapi, karena banyak ditemukan virus yang tidak seragam, maka masih perlu investigasi untuk menyimpulkan bahwa gangguan ginjal ini karena MIS-C. 

Menurut Eka, sampai saat ini belum menemukan jawaban spesifik atas kasus tersebut, sehingga tidak bisa menyimpulkan adanya keterkaitan/hubungan antara gangguan ginjal akut misterius dengan vaksinasi Covid-19 yang belum didapatkan oleh balita, walaupun kenyataanya yang mengalami gangguan ini adalah kelompok yang belum divaksin. Masih perlu penelitian lebih lanjut apakah ada hubungan atau tidak.

Dengan fakta yang sudah ada tersebut, yang perlu kita lakukan adalah jangan panik dan tetap waspada dengan meningkatnya angka kejadian gangguan ginjal akut misterius pada anak balita. Mudah-mudahan segera ditemukan penyebabnya dan bisa diatasi.

Semoga informasi ini bermanfaat,,,🙏🙏🙏

13 Oktober 2022

Kontak Penting PeduliLindungi

Tahukah Anda apa itu PeduliLindungi? yah sebuah kata yang dicari-cari seluruh masyarakat Indonesia. Di masa pandemi Covid-19 tidak ada orang yang ga tahu apa itu PeduliLindungi.

PeduliLindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu pemerintah bersama masyarakat dalam melakukan pelacakan kasus, data tes Covid-19, zonasi dan notifikasi keramaian, vaksinasi Covid-19 dan sejumlah fitur yang membantu untuk mengendalikan kasus Covid-19 di Indonesia.

Tidak semua masyarakat tahu apa fungsi PeduliLindungi, salah satunya fungsi PeduliLindungi untuk melihat data vaksinasi Covid-19 berbasis individu. Di dalam aplikasi PeduliLindungi sebenarnya sudah sangat jelas untuk data vaksinasi Covid-19 mulai dari tiket vaksin sampai sertifikat vaksin. Yang mana sertifikat ini dipakai untuk syarat perjalanan baik domestik maupun ke luar negeri.

Bagaimana caranya apabila menemukan kendala terkait pemakaian aplikasi PeduliLindungi? Berikut kita lihat bagan kontak PeduliLindungi untuk dijadikan referensi apabila suatu hari kita atau masyarakat membutuhkan aplikasi PeduliLindungi.


Semoga bermanfaat,,,🙏🙏🙏

1 Oktober 2022

BPOM Ijinkan IndoVac dan AWcorna untuk Vaksinasi Covid-19 di Indonesia


Sebulan terakhir kita dihadapkan adanya kekosongan vaksin COVID-19 yang berasal dari luar negeri seperti Pfizer, Moderna, Astrazeneca dll. Namun kabar gembira disampaikan oleh Kepala Badan POM Penny K. Lukito pada tanggal 30 September di Jakarta, bahwa vaksin dalam negeri yaitu IndoVac dan AWcorna telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Keduanya dapat digunakan untuk vaksinasi dosis primer sebanyak dua kali suntikan.

Vaksin IndoVac

Vaksin IndoVac merupakan vaksin lokal produksi PT Biofarma. Pada pengembangan awal vaksin, Biofarma bekerjasama dengan Baylor College Medicine Amerika Serikat. Vaksin IndoVac dibuat dengan platform rekombinan protein subunit yang berisi zat aktif rekombinan  Receptor Binding Domain (RBD) protein.

BPOM telah mengevaluasi khasiat, keamanan, dan mutu dengan standar evaluasi yang berlaku. Vaksin IndoVac berefek samping ringan, dimana efek yang sering dilaporkan adalah nyeri lokal sebesar 113% dan tidak ada laporan kematian.

Vaksin IndoVac telah diberi izin untuk digunakan pada usia 18 tahun ke atas dan disetujui untuk vaksinasi primer sebanyak dua dosis suntikan dengan interval 28 hari.

Vaksin AWcorna

Vaksin AWcorna diproduksi oleh PT Etana Biotechnologies Indonesia. Vaksin ini menggunakan platform mRNA. Vaksin AWcorna membuktikan bahwa Indonesia bisa memproduksi sendiri vaksin COVID-19 dengan platform mRNA.

Vaksin AWcorna juga memiliki efek samping ringan. Gejala yang sering dilaporkan yaitu demam, nyeri ditempat suntikan, sakit kepala, bengkak dan tidak ada laporan kematian.

Vaksin AWcorna disetujui untuk vaksin primer dua dosis dengan interval suntikan 28 hari. Selain itu, vaksin AWcorna dapat digunakan sebagai vaksin penguat (booster) dengan platform vaksin yang dimatikan pada dosis primer (heterolog). Sebagai gambaran, vaksin dosis pertama dan kedua Sinovac atau Sinopharm dapat divaksinasi booster dengan vaksin AWcorna.

Demikian informasi terbaru untuk vaksinasi COVID-19, untuk penggunaan vaksin IndoVac dan AWcorna dalam program vaksinasi COVID-19 masih menunggu kebijakan dari KEMENKES.

Semoga bermanfaat,,,🙏🙏🙏

29 September 2022

Alur Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 untuk Warga Negara Asing (WNA)

Berdasarkan KMK HK.01.07/MENKES/1368/2022, pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi warga negara asing ditujukan bagi perwakilan negara asing dan organisasi nirlaba internasional yang bertugas di Indonesia dan warga negara asing lainnya. Berikut ketentuan vaksinasi WNA menurut KMK tersebut :

  1. WNA Umum bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 mulai 29 September 2022 dengan persyaratan mempunyai ijin tinggal (KITAS, KITAP dll).
  2. WNA Umum bisa melakukan penyuntikan di seluruh faskes di Indonesia dengan mekanisme pendaftaran untuk mendapatkan e-Tiket Vaksinasi di PeduliLindungi.
  3. Petugas akan memverifikasi dokumen Paspor, Nomor NIORA dan Tiket Vaksinasi.
  4. Peraturan, mekanisme dan petunjuk pelaksanaan Vaksinasi lainnya sama dengan WNI  termasuk Umur, Jenis Vaksin dan padanannya.
Berikut alur keseluruhan Vaksinasi WNA :

Berikut dibawah ini adalah data kategori WNI sebelum diinput ke sistem pelayanan Vaksinasi COVID-19 :


Alur pendaftaran untuk WNA yang belum mendapatkan Vaksinasi :


Alur pendaftaran untuk WNA yang sudah vaksinasi tapi DATA BELUM DIINPUT (Backdate) melalui PL :


Alur pendaftaran untuk WNA yang sudah vaksinasi tapi DATA BELUM DIINPUT (Backdate) melalui Faskes :

Alur pendaftaran untuk WNA yang SUDAH Vaksinasi di Luar Negeri & ingin mendapatkan booster :

Yang Harus Disipakan WNA :
Dokumen dan Data Pribadi :
  1. Paspor yang berlaku - Nomor Paspor
  2. Ijin Tinggal - ITAS atau ITAP dalam bentuk Kartu atau Elektronik - Nomor NIORA
Dokumen dan Data Vaksinasi :
  1. Nomor Tiket Vaksin - Awalan D, E, U atau T2 T3
  2. Kartu Vaksinasi yang sesuai - terdapat data pribadi dan vaksinasi yang sesuai
Demikian alur untuk pelayanan vaksinasi COVID-19 WNA, semoga bermanfaat,,,🙏🙏🙏

9 September 2022

Survei Menunjukkan Vaksinasi Tingkatkan Antibodi COVID-19


Hasil sero survei antibodi COVID-19 berbasis komunitas di 34 provinsi menunjukkan peningkatan proporsi penduduk Indonesia yang memiliki antibodi SARS-CoV-2, yaitu dari 87,8% pada Desember 2021 menjadi 98,5% pada Juli 2022. Sedangkan kadar antibodi meningkat lebih dari empat kali, dari 444.1 U/ml menjadi 2097.0 U/ml.

Sero survei dilakukan oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (BKPK Kemenkes) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).

Iwan Ariawan, salah seorang peneliti FKM UI, mengatakan survei dilakukan tiga kali. Survei pertama dilakukan secara nasional pada Desember 2021, survei kedua hanya melihat lokasi mudik Jawa dan Bali pada Maret 2022, dan ketiga bersifat nasional pada Juli 2022.

Sero survei pada Juli 2022 mengunjungi sampel atau responden yang sama dengan survei pertama. Dari 20.501 responden, sebanyak 84,5 persen berhasil dikunjungi. Survei dilakukan di 100 kabupaten/kota terpilih di 34 provinsi. "Lokasinya sangat tersebar sehingga menggambarkan antibodi penduduk Indonesia," ujar Iwan dalam keterangan pers hasil survei pada Kamis, 11 Agustus 2022.

Anggota tim peneliti FKM UI, Muhammad N. Farid, menyebutkan peningkatan kadar antibodi tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu vaksinasi dan infeksi. "Kalau kita melihat vaksinasi dan infeksi meningkat, tentunya ada kemungkinan penduduk yang memiliki antibodi akan meningkat atau kadar antibodi yang dimiliki oleh penduduk tersebut akan meningkat," kata Dia.

Data persentase penduduk menurut vaksinasi menunjukkan terdapat 30,1 persen penduduk yang belum divaksin pada Desember 2021. Yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama 19,3 persen dan vaksinasi dosis kedua 50,1 persen. Adapun yang menerima vaksin booster hanya 0,5 persen. Menurut Farid, hal itu bisa disebabkan karena saat itu baru tenaga kesehatan dan lansia yang mendapatkan vaksin booster.

Bila dibandingkan dengan sampel yang sama, terjadi perubahan status vaksinasi. Pada Juli 2022, yang belum divaksin sudah berkurang menjadi 18,1 persen. Yang sudah divaksin dosis pertama 11,6 persen dan yang sudah divaksin dosis kedua 47,7 persen. Sedangkan yang menerima vaksin booster 22,6 persen.

Peneliti FKM UI lainnya, Pandu Riono, menambahkan kenaikan antibodi paling tinggi pada kelompok yang telah mendapatkan vaksin booster. Itu berarti semakin lengkap dosis vaksin, semakin tinggi kadar antibodi. Hasil survei menunjukkan kadar antibodi yang belum divaksin hanya 963.4 U/ml, sedangkan pada dosis pertama menjadi 1682.0 U/ml, dosis kedua menjadi 1852.0 U/ml. Lalu terjadi loncatan menjadi 4496.0 U/ml pada kelompok yang telah disuntik vaksin booster.

Pandu mengingatkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin booster. Dampaknya, angka keparahan pasien di rumah sakit dan angka kematian tidak meningkat tajam. "Vaksinasi menjadi prioritas bersama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat perlu datang untuk vaksinasi booster," tutut Pandu.  

Arsip Blog